Sabtu, Januari 23

Negeri Orang-orang Bodoh

Oleh : Yulfian Azrial/Rakyat Mandiri

INI adalah kisah di negeri orang-orang bodoh. Dapat dibayangkan apa yang terjadi di negeri tersebut. Setiap hari selalu saja dimeriahkan oleh pertandingan "unjuk kebodohan".

Masing-masing berlomba untuk mendapatkan predikat orang yang paling bodoh. Tidak hanya di kalangan rakyat biasa, tetapi terlebih lagi di kalangan pejabat dan aparat.
Tentu saja dalam pertandingan unjuk kebodohan itu, aturan-aturan yang berlaku tidaklah terlalu menjadi perlu dipatuhi.

Tetapi, bukan berarti mereka tidak peduli dengan peraturan. Buktinya, mereka terus saja memproduksi aturan dan berbagai peraturan, terutama yang dapat meningkatkan kebodohan.

Bahkan saking berjangkitnya kebodohan, mereka mengukur kinerja dengan berapa banyak aturan yang bisa dibuat. Sehingga masyarakat makin bodoh dan gampang dibodoh-bodohi.

Pendeknya, hampir di segala lapisan mereka saling berlomba untuk memperbodoh keadaan, sehingga kebanyakan mereka terbiasa untuk menjadi masabodoh dengan berbagai keadaan. Termasuk masa bodoh dengan masyarakat yang menjadikan maka tontonan.

Tampaknya semangat mereka untuk menjadi orang yang benarbenar bodoh sudah tak bisa ditawar-tawar lagi. Sehingga bila perlu mereka menghalalkan segala cara, yang terpenting target mereka untuk menjadi orang yang paling bodoh tercapai. Bila perlu mengangkat orang yang paling bodoh untuk memimpin mereka.

Maka terjadilah berbagai kolusi, korupsi dan manipulasi. Karena sebagai orang bodoh tentu adalah aib bagi mereka kalau mau memahami bahwa esensinya semua itu justru bakal menghancurkan dan merugikan dirinya. Pendeknya, tanpa kolusi, korupsi dan manipulasi mereka merasa menjadi tak berarti.

Tampaknya kita memang harus maklum, kalau mereka harus mati-matian untuk memperjuangkan kebodohan mereka.Bahkan mereka membentuk tim kerja dari orang-orang bodoh.

Namun sesuai dengan perjalanan waktu hubungan mereka juga bisa retak, bahkan malah karena kebodohannya setelah itu mereka berseberangan, karena harus berebut pendukung untuk mengakui bahwa dialah orang yang paling bodoh di antara orang-orang bodoh.

Hujat menghujatpun biasa terjadi. Bahkan sampai melakukan aneka rekayasa. Masing-masing mencari dukungan agar mau mengakui merekalah yang paling bodoh. Bahkan, karena bodohnya mereka malah mau membayar untuk itu.

Adu kebodohan hampir berlangsung di setiap hari, dan hampir di segala lini; Hampir di segala sektor. Akibatnya kebodohan itu akhirnya benar-benar telah menjadi trend, menjadi mode di mana-mana. Bahkan wartawan tak mau ketinggalan. Di berbagai media cetak dan media eletronik ikut berlomba-lomba memasyarakatkan kebodohan dan memperbodoh masyarakat.

Sangat wajar, kalau akhirnya di negeri itu memang hanya orang-orang bodohlah yang mendapat tempat. Mereka menjadi orang-orang terkenal. Menjadi pejabat dan aparat. Bahkan untuk kepentingan kebodohan itulah mereka menduduki berbagai jabatan dan keparatan itu.

Dapat dibayangkan. Bila pejabat dan aparatnya saja telah demikian bangganya dengan kebodohan, dapat dibayangkan bagaimana pula bodohnya orang-orang ang memilih mereka.

Bahkan saking berkuasanya dinasti orang-orang bodoh itu, maka kata-kata orang bijak menjadi asing dan aneh. Bahkan tak sedikit di negeri itu orang-orang yang berlagak bijak yang mendapat teror, ancaman, bahkan diburu-buru dan dikucilkan. Konon pula nasib orangorang yang benar-benar bijak. (RM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar